Sabtu, 02 Februari 2008

Media Cetak dan SDM nya

Media Cetak dan SDM nya

Pontianak 2 Februari 2008
Media yang sering disebut-sebut sebagai alat kontrol sosial memiliki peran yang sangat penting dalam mayarakat. Karena tugas utama media adalah memberikan informasi pada khalayak yang akhirnya informasi tersebut memberikan efek positif maupun negatif. Selain menjadi alat kontrol sosial, media juga menjadi sarana untuk mencerdaskan pembacanya, dengan informasi yang disajikannya. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan fungsi itu tidak bisa terlaksana lantaran SDM yang mengelolanya tidak sadar akan fungsi dasar suatu media.

Suatu instansi maupun media tidak bisa berdiri sendiri, dalam artian harus dikelola dan dikembangkan dengan banyak unsur yang ada didalamnya. Salah satu unsur yang harus ada didalam sebuah media adalah sumber daya manusia yang berkualitas. Suatu persoalan akan berjalan dengan baik jika ditangani oleh orang yang berkometen dalam hal tersebut. Namun sebaliknya, jika suatu hal ditangani oleh orang yang tidak memeiliki kemampuan, maka kehancuranlah yang akan terjadi.

Kebanyakan dari beberapa media ditangani dan dikelola oleh SDM yang memiliki pendidikan yang memadai. Tetapi tidak sedikit pula apa yang disajikan jauh dari kata mendidik. Berita yang disajikan terkadang terkait dengan kepentingan suatu oknum atau bahkan suatu instansi tertentu. Jika ini yang terjadi, maka khalayak tidak akan mendapatkan informasi yang benar-benar harus didapatkannya, karena media menyajikan informasi atas kepentingan orang yang berkepentingan, bukannya atas dasar kepentingan khalayak atau pembaca. Hal ini sudah saatnya ditangani secara serius oleh orang-orang yang tergabung pada suatu media tersebut.

Fenomena yang demikian sudah menjadi rahasia publik. Pertanyaanya apa yang sedang terjadi pada media kita? Apakah hal ini terjadi karena adanya fakta dan kepentingan yang berdampingan? Ataukah adanya ketidak sehatan dalam menjalankan aturan main? Pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa terjawab dengan menilik bagaimana kondisi SDM yang ada didalamnya. Tidak sedikit media yang memberikan kesempatan untuk meningkatkan kualitas SDM yang tergabng didalm media tersebut, bahkan ada pula yang memberikan kesempatan itu menuntut ilmu hingga keluar negeri. Tetapi pertanyaan yang selanjutnya adalah, apakah pernah suatu media memberikan pelatihan kepribadian pada karyawannya? Padahal hal tersebut tidak kalah pentingnya.

Kebanyakan dari kalangan wartawan disebuah media berpatokan pada sembilan elemen jurnalisme Bill Kovach dan Tom Rosensteil, dan kode etik wartawan Indonesia, saat menjalankan tugasnya. Tapi apakah semua wartawan menanamkan prinsip tersebut? Its oke jika wartawan memegang prinsip tersebut, selanjutnya apakah itu membekas pada keseharian atau dalam prakteknya dan apakah prinsip itu digunakan?
Kepribadian atau akhlak wartawan saat menjalankan tugasnya berperan penting hal ini dapat diterima baik beragam apapun wartawan tersebut. Karena semua agama pasti mengajarkan unsur-unsur kebenaran dan kepribadian yang baik dalam keseharian. Hal ini dapat dipahami sebagai bukti dari tindakan keseharian yang bersangkutan. Yang selanjutnya adalah jika seseorang saat menjalani sesuatu dapat menjiwai tidak hanya mengedepankan intelektual saja tapi mempertimbangkan sisi spiritual, hingga apa yang dicarinya, dan ditulisnya sesuai dengan hati nuraninya (menulis mengunakan hati), tidak berpihak pada oknum tertentu tanpa mengesampingkan kepentingan pembaca yang sudah selayaknya mendapatkan informasi yang akurat dan loyalitas utama jurnalisme adalah warga.

Saat proses penyeleksian untuk menjadi wartawan dalam sebuah media, apakah sisi kepribadian atau akhlak pernah dititik beratkan hingga menjadi salah satu syarat bisa atau tidaknya seseorang menjadi wartawan pada suatu media. Manakala semua itu dikesampingkan, tidak heranlah terjadinya ketidak beresan saat menlakoni profesi sebagai seorang wartawan.

Dalam dunia jurnalistik dikenal dengan garis api yang merupakan garis pembatas independensi berita. Tidak jarang garis api tersebut tidak dihiraukan dan akan terjadilah ketidak jelasan antara kebenaran dan kepentingan. Karena terkadang kebenaran dan kepentingan selalau berdampingan. (Ambaryani, anggota Lembaga Perss Mahasiswa STAIN Pontianak).

“Terus berush hingga detik terakhir. Yang pasti tak ada kata menyerah. Sepakat???”

Tidak ada komentar: