Senin, 04 Agustus 2008

Pentingnmya melestarikan budaya serta tradisi

Pentingnya Mengenal dan Melestarikan Budaya serta Tradisi Masyarakat Kalbar
Oleh : Ambaryani

Budaya dan tradisi yang ada dilingkungan masyarakat Kalbar sanggatlah beragam. Ada tradisi serta budaya masyarakat Bugis, Madura, Dayak, Jawa, Cina dan masih banyak lagi tradisi dan budaya yang ada dilingkungan masyarakat Kalbar. Masyarakat Dayak memiliki suatu tradisi yang disebut gawai Dayak, masyarakat Bugis dengan Robok-Roboknya dan masih banyak tradisi serta budaya lain. Ritual adat yang telah disebutkan tadi, merupakan riual yang cukup populer dikalangan masyarakat. Hampir semua masyarakat Kalbar diluar suku tersebut mengtetahui adanya ritual sakral suku lain. Tapi yang harus dipertanyakan sekarang adalah apakah kesemua budaya juga tradisi yang ada bisa diketahui oleh semua masyarakat Kalbar. Atau paling tidak masyarakat yang ada dalam komunitas suku tersebut mengetahui akan semua budaya serta tradisi nenek moyangnya? Ironisnya, jawaban yang tak bisa dielakkan pastinya adalah tidak semua masyarakat megetahui tradisi serta budayanya sendiri.
Dari waktu kewaktu budaya, tradisi atau kebiasaan masyarakat yang tergabung dalam satu suku semakin hilang dan punah. Sedikit sekali generasi muda serta penerus yang mampu menyerap budaya serta tradisinya. Seperti apa yang terjadi pada kisah yang dituturkan oleh Yana dalam tulisanya Conekng jika kita semua mau flash back atau mempelajari lagi. Kisah yang dituturkanya mengambarkan kurangnya pengetahuan generasi penerus terhadap tradisinya sendiri. Sehingga saat seorang gadis yang bernama De terkena pelet sehingga ia sendiri kebingungan bagaimana cara untuk mengatasi apa yang sedang dialaminya.
Conekng adalah sebutan pelet dalam bahasa Dayak. Conekng atau sebutan untuk pelet tersebut bisa diketahui dan digali dari berbagai sumber, baik dari masyarakat Dayak sendiri atau orang mengetahui atau konsen dalam kajian tradisi serta budaya masyarakat Dayak. Itu artinya hal tesebut lahir dari kebiasaan atau tradisi masyarakat Dayak.
Tidak hanya tradisi serta budaya itu saja. Masyaakat Kalbar dengan berbagai suku yang ada dialamnya, pastilah memliki tingkat keragaman yang cukup tinggi. Hal-hal yang berkaitan dengan tradisi dan budaya akan selalu menarik untuk dkaji. Karena apa? Karena tradisi dan budaya akan selalu dijumpai disetiap sendi kehidupan masyarakat. Semoderen apapun manusia saat ini, pasti masih ada unsur-unsur budaya dan tradisi yang melekat kan menyertai aktifitasnya sehari-hari.
Keterbatasan pengetahuan tentang tradisi serta budaya akan berakibat punahnya tradisi serta budaya itu sendiri. Berapa banyak tradisi serta budaya masyarakat setempat yang tidak diketahui dan tidak terdokumentasikan? Tidak sedikit tradisi yang terlupakan tersebut diketahui dengan detail oleh peneliti luar yang melakukan penelitian mengenai budaya dan tradisi baik lisan maupun tulisan masyarakat Kalbar.
Itu baru satu hal yang tampak. Jika hal ini ditelusuri lebih jauh, pasti masih banyak budaya serta tradisi yang tidak diketahui. Jika demikian yang tengah terjadi, tidaklah salah jika dikatakan mengetahui dan melestarikan budaya serta tradisi baik itu tradisi lisan maupun tulisan itu dianggap pentig. Bukanlah hal yang mustahil jika tidak adanya usaha untuk mengcover seluruh budaya serta tradisi yang ada, kepunahan itu akan melanda masyarakat Kalbar yang sesungguhnya memiliki kebudayaan yang sangat beragam.
Perlu adanya kerja keras untuk melestarikan budaya dan tradisi yang kita miliki. Terlebih jika dikaitkan dengan isu moderenitas yang sedang menjadi trand generasi muda yang seharusnya memiliki jiwa nasionalisme. Jiwa nasionalisme memang harus dimiliki bagi seluruh bayi yang terlahir didunia ini yang nantinya akan menajadi genarasi penerus bangsa. Karena jiwa nasionalisme itulah yang akan membuat seseorang mencintai tradisi serta budaya sendiri dan akan tumbuh rasa ingin melestarikanya.
Melestarikan tradisi dan budaya, tidak berarti membuat seseorang tresebut tidak mengikuti perkembangan zaman serta perkembangan tekhnologi. Usaha untuk melestarikan budaya serta tradisi harus terus berjalan seiring dengan perkembangan zaman. Keduanya harus balance (seimbang).
Melestarikan dalam hal ini menjaga agar tradisi itu sendiri tidak punah, akan menambah daftar tugas orang tua serta orang-orang ynang mengetahui tradisi serta budaya yang ada. Karena tak mungkin generasi selanjutnya akan mengetahui apa yang ada dan terjadi sebelumnya jika ia tidak mengetahui dari orang tuanya serta orang lain yang terlebih mengetahui tentang hal-hal yang tidak diketahuinya.
Melestaikan tadisi dan budaya pun ternyata berimbas dalam hal pendidikan. Dalam hal ini yang terkait eret adalah pendidikan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya dalam lingkungan keluarga. Bagaimana usaha orang tua untuk mengenalkan tradisi serta budayanya sendiri pada anak-anaknya. Ternyata memang benar, tidak ada satu hal pun yang mampu berdiri sendiri. Untuk melestarikan tradisi serta budaya saja memerlukan banyak aspek lain. Hal ini jugalah yang memperkuat teor yang diungkapkan oleh Aristoteles bahwa manusia itu adalah mahluk sosial yang tidak akan pernah mampu hidup seniri dan akan selalu membutuhkan orang lain dalam kelangsungan hidupnya.
Begitu juga halnya dengan usaha melestarikan tadisi serta budaya kita. Dibutuhkan orang tua atau tokoh masyarakat yang lebih mengetahui tentang tadisi serta budaya itu. Paling tidak ada objek yang bisa kita jadikan sumber untuk mengali pengetahuan tentang budaya dan tradisi itu sendiri.

Menyambut Detik Pilwako

Menyambut Detik Pemilihan Walikota
Oleh : Ambaryani

Kibar bendera politik dan aktifitasnya tak akan ada habisnya. Kota ini baru saja melepas lelah setelah disibukkan dengan pemilihan gubernur dan wakil gubernur beberapa bulan yang lalu. Tak lama lagi pemilihan wali kota plus wakil wali kota dan pemilihan presiden dan wakil presiden 2009 mendatang. Kesibukan seluruh tim sukses, simpatisan sekaligus calon walikota maupun wakil wali kota semakin tinggi menjelang detik-detik pemilihan wali kota beberapa bulan mendatang. Segala usaha dilakukan demi suksesnya kubu masing-masing. Baik itu pemasangan baligho, stiker-stiker balon ataupun pendekatan personal. Semua usaha dilakukan demi terpilihnya masing-masing pasangan untuk menduduki dua kursi tersebut.
Kesibukan itu tampak jelas. Kesibukan untuk menyambut datangnya detik pemilihan itu, hendaknya tidak hanya dialami oleh para pragtisi politik saja. Warga atau pun seluruh elemen masyarakat seharusnya juga pro aktif demi tercapainya keputusan yang benar-benar tepat. Sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi demokrasi, sudah selayaknya mendukung. Tapi bentuk dukungan tersebut tidak hanya seperti dukungan yang diberikan oleh sang raja yang semena-mena kepada prajurit yang hanya bisa menganggukkan kepala dan berkata iya.
Warga harus mengantongi pengetahuan menegani apa yang akan dihadapinya. Jangan mengulangi kesalahan turunan yang sering terjadi. Memilih tanpa tahu siapa yang dipilih lantaran dia orang terdekat kita tanpa melihat kualitas. Istilah memilih kucing dalam karung memang sudah lama tak ada. Tapi nyatanya banyak warga yang berada dalam posisi sebagai pembeli kucing dalam karung. Apa namanya bagi warga yang memilih calon pemimpin tapi tak tahu siapa yang dipilihnya kalau bukan memilih kucing dalam karung? Calon pemimpin kita memang tidak menutup diri. Tapi jika sebagai warga tidak pro aktif, mungkinkah warga bisa mengetahui banyak hal?
Mengetahui latar belakang calon tidak hanya bisa kita ketahui dari visi misi yang disampaikanya dalam pemilu batau seluruh rangkaian dan sederet aktifitas menjelang pemilu. Jika menginginkan keputusan yang valid, sibak seluruh tabir calon, ketahui secara keseluruhan alias jangan setengah-setenagh. Ketahui seperti apa prestasinya, didikasinya, kinerjanya sebelum mencalonkan diri, dan masih banyak lagi hal yang perlu diketahui.
Setiap individu memiliki ruang gerak yang berbeda dan beragam. Manusia tidak hanya memiliki satu tabir dalam kehidupan. Ibaratnya, jika ingin tahu seperti apa kondisi rumah, jangan hanya melihat dari bagian depan saja. Tapi lihat dari semua sudut, depan, belakang, samping kiri, kanan, dalam atas dan bawah. Jika hanya sebagian yang kita ketahui, tidak menutup kemungkinan adanya lobang pada bagian dinding atau atap rumah tersebut. Sebelum timbulnya penyesalan, lebih baik ketahui secara detil siapa yang akan kita pilih.
Jabatan itu adalah amanah. Jadi jika ingin tahu seperti apa kelak calon kita menjalankan amanahnya, evaluasi bagaimana ia menjalankan amanah yang pernah diembannya. Kita tidak sedang mencari kelemahan masing-masing. Kita sebagai warga hanya ingin mengetahui dari seluruh aspek siapa yang akan kita pilih. Hal ini kita lakukan agar tidak adanya penyesalan dan saling tuding jika kita menemukan tindakan yang seharusnya tidsk dilakukan oleh pemimpin kita.
Misalnya jika terjadi korupsi. Masyarakat, warga hanaya bisa menyaksikan, dan jikapun ia berbicara, tanpa disertai dengan kapasitas apapun yang mendukung, pembicaraan itu jarang sekali memberikan pengaruh yang segnifikan. Jadi sebelum melakukan kesalahan dengan memilih orang yang salah, alangkah baiknya jika kita juga mulai mengenal kesemua calon yang telah mencalonkan diri.
Konsep memilih pemimpin yang Rasulullah anjurkan, cari yang terbaik diantara yang baik, jikapun tidak pilih yang membawa sedikit mudharat dari pada yang membawa banyak mudharat. So, apa yang akan kita lakukan? Berdiam diri dengan ketidak tahuan atau berusaha mencari tahu sehingga diri kita menajadi tahu? Keputusan akhir ada pada tangan kita semua. Tidak terjun di dunia politik, tidak lantas membuat kita tidak mmengetahui perhelatan apa yang sedang terjadi. Tapi kita berusaha tahu hingga kita tidak menjadi manusia yang hanya mengikuti kata-kata orang yang mengetahui banyak hal. Karena belum tentu orang yang tahu mampu membuat kita tahu mana yang benar-benar harus kita ketahui. (Ambaryani, mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, Jurusan Dakwah dan anggota LPM STAIN Pontianak).

Komunikasi Antar Budaya Masyarakat Jawa Desa Sidodadi

MENINJAU KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MASYARAKT JAWA DI DESA SIDODADI

Negara Indonesia memiliki suku serta budaya yang cukup beragam. Begitu juga halnya dengan keadaan yang ada di desa Sidodadi kecamatan Sejangkung Sambas. Mengapa hal ini bisa terwujud? Tak lain salah satu faktornya adalah karena semua pihak menyadari adanya perbedaan itu dan memahami konsep tepo seliro yang sering kita dengar.
Di Desa Sidodadi kecamatan Sejangkung, banyak suku yang ada didalamnya, diantaranya adalah suku Jawa yang terbagi menjadi dua yaitu Jawa Barat dan Jawa Tenggah. Ada juga suku Jawa yang kita kenal dari daerah Kebumen (bagian dari daerah Jawa juga). Di desa tersebut ada julukan-julukan tersendiri pada daerah masing-masing. Ada yang diberi nama dengan daerah Semarang. Mengapa diberi julukan daerah semarang? Julukan itu mereka populerkan karena didaerah tersebut yang mendominasi adalah suku Jawa yang bertransmigrasi dari pulau Jawa yakni daerah Semarang. Ada juga yang diberi julukan daerah ngapak, julukan itu bisa mereka berikan karena didaerah Kebumen bahasa yang dipakai adalah bahasa Jawa Ngapak (bahasa Jawa dengan ciri khas tersendiri). Sedangkan julukan bagi daerah yang didominasi oleh orang sunda akrab dengan sebutan Jawa Barat.
Dalam keseharian mereka dalam berkomunikasi mengunakan jenis bahasa yang beragam. Hal itu terjadai karena heterogenitas lingkungan sekitar. Ketika mereka berada dalam komunitas mereka, etnis Jawa Tenggah berkumpul dengan sesama mereka, mereka akan berbicara dengan mengunakan bahasa Jawa Tenggah. Begitu juga dengan etnis yang lain, ketika mereka berkumpul dengan sesama mereka, mereka akan mengunakan bahasa mereka masing-masing. Ada hal yang unik disini, mereka memang tidak pernah mengetahui apa itu teori dari komunikasi yang efektif jika menghadapi massa yang sangat heterohen. Akan tetapi mereka bisa menciptakan kehidupan yang harmonis, walaupun memang terkadang komunikasi yang terjalin kurang efektif.
Disadari atau tidak hal-hal yang selama ini mereka lakukan sesungguhnya merupakan praktek dari teori yang saat ini dipelajari oleh sebagian orang. Akan tetapi apa yang sedang berlangsung dalam kehidupan mereka merupakan ilmu yang tidak pernah mereka dapatkan dibangku formal, akan tetapi hal itu sangat tepat jika memang mereka mengetahuinya. Proses komunikasi yang memang terkadang terdengar agak aneh, karena banyak unsur bahasa dan kebiasaan budaya lain yang masuk didalamnya. Latar belakang kebudayaan yang cukup beragam tidak membuat adanya perpecahan, walaupun memang terkadang perselisihan juga tidak bisa dihindari. Akan tetapi perselisihan itu tidak berlangsung lama dan bisa mereka redam dengan perdamaian. Komunikasi antar budaya itu sendiri adalah pertukaran informasi atau pesan dari satu indifidu kepada indifidu atau kelompok lain yang berbeda latar belakang budaya serta sukunya.
Proses komunikasi antar budaya yang terjadi dibagi kedalam dua tahap, yaitu proses yang terjadi secara primer dan sekunder. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan mengunakan lambang (symbol) sebagai media. Dalam konteks ini komunikasi ini yang terjadi masih dalam tahap awal. Karena dalam komunikasi ada tahap awal yang lebih sederhana dari komunikasi sekunder. Dalam proses komunikasi sekunder hal-hal yang sering terlihat, adalah ketika komunikasi itu berlangsung adalah dari mimik wajah timbul ketika ia berbicara dengan orang lain, sehingga orang yang berbicara dengan kita bisa memahami apa maksud yang ingin kita sampaikan. Mengapa yang lebih identik dalam proses komunikasi antar budaya adalah bahasa? karena bahasa merupakan hal yang sering diambil dalam berkomunikasi.
Tahap yang kedua ialah proses komunikasi secara sekunder. Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang terhadap orang lain dengan mengunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Dalam menyampaikan pesan ada beberapa hal yang harus ada, dan diantaranya adalah media untuk menyampaikan maksud yang hendak kita sampaikan kepada lawan bicara kita. Pasti semua orang akan sepakat jika bahasa diangap hal yang urgen dalam proses komunikasi.
Banyak sekali orang yang memiliki pendapat yang berbeda mengenai komunikasi efektif yang tejadi antar budaya yang bebeda. Ada yang berargumen bahwa komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang tejadi hanya dengan cara bertatap muka langsung dengan lawan bicara kita. Hal itu memang tidak bisa dielakkan lagi, apabila komunikasi kita lakukan dengan bertatap muka langsung dengan lawan bicara kita, maka komunikasi yang kita lakukan bisa sesuai dengan apa yang kita inginkan. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga keadaan yang seperti itu bisa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Terkadang komunikasi yang efektif bisa dipengaruhi oleh status. Terkadang orang yang memiliki status, memiliki hal yang sangat mereka jaga (menjaga status), sehingga komunikasi yang berlangsung tidak bisa nyaman.
Komunikasi antar budaya yang berlangsung di desa Sidodadi yang mayoritas didalamnya adalah orang Jawa juga berlangsung dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. Dalam berlangsungnya komunikasi yang mereka lakukan, penyesuaian diri dengan lingkungan mereka dapat dilihat dalam proses sosialisasi mereka. Mereka dengan budaya yang berbeda, akan tetapi mereka dalam kehidupan bisa menyatukan perbedaan itu. Semua orang pasti sepakat jika dikatakan bahwa bahasa merupakan elemen penting pada proses komunikasi yang berlangsung sehari-hari.
Dalam bukunya Ibrahim MS, efektifitas komunikasi anatar budaya dapat dicapai dengan adanya saling menghargai dan memahami perbedaan yang ada dilingkungan yang beragam. Masih dalam buku yang sama diungkapkan bahwa komunikasi antar budaya yang efektif adalah yang sejalan dengan kongnisi (apa yang dipikirkan)dari tiga tau tiga individu yang berkomunikasi (William Powers dan David Lawrey: 1984). Diakui atau tidak memang latar belakang yang berbeda biasanya membuat kita sangat kaku dalam aktifitas kita dalam berkomunikasi dengan lingkungan kita. Bila kita tidak bisa menyikapi perbedaan itu dengan bijak maka kemungkinan untuk tercapainya komunikasi yang efektif sangatlah kecil. Ruang lingkup komunikasi sangat luas, tidak hanya apa yang kita hadapi saja akan tetapi banyak aspek yang harus kita ketahui.
Dalam komunikasi masyarakat Jawa yang bermacam ragam jenis Jawa disana, banyak menimbulkan rasa kagum jika benar-benar mecermatinya. Walaupun mereka serumpun yaitu Jawa, akan tetapi mereka terpisah dengan identitas kebudayaan mereka masing-masing. Akan tetapi tanpa mengedepankan rasa etnosentrisme yang ada, mereka bisa mengangap mereka adalah memiliki satu lebel yang sama yaitu rumpun Jawa. Maka dari itu ketika diantara mereka mengedepankan ego masing-masing diantara mereka maka itu artinya mereka menciptakan aib pada komunitas mereka sendiri. Terkadang jika ada hal yang tidak dinginkan terjadi, dan jika hal itu kita tinjau secara ilmu komunikasi, bisa saja itu terjadi karena mereka tidak memenuhi prinsip-prinsip komunikasi yang ada.
Dalam prinsip-prinsip komunikasi ada hal yang dikenal dengan interaksi awal dan perbedaan antar budaya. Dalam berinteraksi jika pada awal kita berinteraksi dengan orang lain saja sudah tidak baik atau tidak berjalan dengan normal, bagaimana mungkin komunikasi atau interaksi yang kita lakukan selanjutnya akan berjalan dan berakhir dengan baik. Bahkan mungkin jika komunikasi awal sudah tidak baik atau nyaman, maka interaksi akan putus ditengah jalan. Terkadang jika interaksi awal tidak maksimal, hal itu timbul karena adanya rasa ketidaknyamanan karena perbedaan yang ada.
Dalam bahasa Jawa yang sering kita gunakan sebagai yang lazim kita gunakan sebagai pengambaran kehidupan yang penuh tengang rasa yaitu tepo seliro. Walaupun mereka tidak pernah mendapatkan materi mengenai tenggang rasa akan tetapi mereka mengenal dan mengamalkan tepo seliro yang mereka kenal selam ini. Tepo seliro yaitu istilah yang mengambarkan bahwa dalam kehidupan yang heterogen adanya sikap saling meghargai diantara mereka. Kebudayaan mereka yang berbeda (masyarakat Jawa desa Sidodadi) tidak membuat mereka terpepecah belah. Malahan dari perbedaan budaya tersebut menimbulkan rasa kekeluargaan yang semakin erat.
Hal ini benar adanya, budaya yang berbeda tidak mereka jadikan hal yang harus selalu mereka perdebatkan. Mereka merasa dengan adanya perbedaan itu mereka lebih banyak tahu kebudayaan yang ada walaupun memang mereka bernotabene sama yaitu Jawa. Walupun sesekali terjadi gesekan-gesekan dengan adanya perbedaan itu. Dalam kehidupan nyata, jika dari etnis Jawa Sunda menyelengarakan acara dengan adat mereka, mereka juga melibatkan etnis Jawa Tenggah untuk berpartisipasi. Dari situ mecerminkan bahwa komunikasi yang mereka jalani selama ini bisa berlangsung dengan baik walaupun memang sesekali ada konflik dan akhirnya bisa mereka akhiri dengan cara yang cukup arif.
Untuk mewujudkan komunikasi yang baik atau efektif dengan latar belakang budaya yang berbeda, tidaklah sesulit yang kita bayangkan. Akan tetapi juga tidak semudah angapan banyak orang. Karena memang masing-masing hal memiliki tingkat kesulitan dak memiliki titik kemudahan yang berbeda. Tidaklah asing lagi jika dalam segala hal atau bidang akan ditemui kecocokan dan ketidakcocokan. Dalam berkomunikasi banyak hal yang harus diperhatikan dan banyak juga kemungkinan terjadinya kesalah pahaman disana. Karakter masing-masing individu mewarnai komunikasi yang dijalin oleh manusia itu sendiri. Karakter yang keras harus bisa menyesuaikan dengan orang lain yang berkarakter lemah lembut. Orang yang memiliki karakter lemah lembut juga harus bisa memahami dan mengerti mereka yang berkarakter keras.
Begitu pulalah komunikasi yang berlangsung disana. Mereka yang berasal dari suku Jawa Tenggah yang dengan intonasi bicara yang lembut akan tetapi bisa juga dengan nada kasar jika dalam hal-hal tertentu, bisa menyesuaikan dengan mereka dari etnis Sunda yang mayoritas berlogat sangat lembut. Ada hambatan yang mereka jumpai jika dari etnis Jawa Kebumen bertemu dengan etnis Sunda. Mengapa demikian? Karena orang dari etnsi Jawa Kebumen mereka terbiasa dengan nada bicara tinggi dan melengking agak susah untuk bisa beradaptasi dengan etnis Sunda. Apabila mereka berkomunikasi ada hal-hal kecil yang mencuat yang akan membuat suasana sedikit keruh.
Dari sinilah tercermin bahwa karakteristik masing-masing budaya mempengaruhi proses berlangsungnya interaksi atau komunikasi. Karakter masing-masing budaya yang berbeda yang akan hidup berdampingan akan memberikan out put yang berbeda pula. Ketika komunikasi antar budaya berlangsung, persepsi masing-masing individu yang memiliki berbeda pemikiran, menimbulkan respon balik yang beragam. Ketika satu orang memberi stimulus atau informasi, belum tentu semua orang bisa memahami maksudnya yang ingin disampaikannya sama dengan apa yang ia pikirkan.
Ada stimulus yang disampaikan dengan hal-hal yang unik yaitu dengan bahasa-bahasa nonverbal, hal ini bisa disampaikan dengan adanya reaksi yang nampak dari mimik wajah seseorang yang sedang berkomunikasi dengan lawan bicaranya. Jika seseorang berbicara walaupun dengan nada bercanda, akan tetapi kita bisa mlihat apa yang ingin ia sampaikan apah haanya senda gurau semata taukah serius, kita bisa mengetahuinya dengan ekspresi wajah yang ditampilkannya. Kadang bahasa nonverbal sesorang adalah hal yang sebenarnya ingin disampaikannya. Karena seseorang bisa saja mereka yansa pembicaraan, akan tetapi ia tidak akan bisa mereka yasa bahasa tubuhnya. Bahasa tubuh atau (body language) itu bisa timbul dengan sedirinya jika seseorang itu merasakan ada hal yang nyaman (akan timbul ekspresi wajah senag) dan hal-hal yang tidak nyaman (dengan ekspresi wajah kecewa atau sedih).
Dalam berkomunikasi banyak hal yang mungkin kita angap remeh,akan tetapi sebenarnya hal-hal yang mungkin kita angap sepele akan mengakibatkan hal yang mungkin tidak kita sangka. Seperti halnya ketika orang dari suku Jawa di daerah Satai khususnya yang relatif masih muda, ketika mereka berdialong dengan mereka yang lebih tua (senior), banyak diantara mereka tidak bisa mengunakan bahasa yang selayaknya mereka gunakan ketika berbicara dengan para senior. Karena latar belakang budaya yang berbeda mereka, dan walaupun mereka mengetahui bahasa dari suku yang lain, akan tetapi mereka tidak mengetahui bahasa yang lazim atau selayak digunakan. Maka ketika mereka berdialong, kesanya mereka meremehkan senior, sehingga kadang hal tersebut mengundang datangnya konflik antar personal.
Karena kurangnya pemahaman mereka terhadap bahasa dan budaya diantara suku yang berbeda, tidak heranlah jika riak-riak dalam berinteraksi sesekali akan timbul. Berdasarkan banyak pengalaman yang sering mereka temukan adanya selisih faham diantara mereka adalah karena generasi muda saat ini banyak tidak mengenal budaya, bahasa, dan kebiasaan dari etnis mereka maupun etnis yang berbeda.
Dari satu generasi ke generasi yang lain, pemahaman generasi penerus akan budaya mereka semakin berkurang. Hal ini terjadi karena banyaknya pergeseran dan juga gesekan-gesekan dari budaya luar yang saat ini relatif kurang penyaringnya (filter). Jika dari setiap generasi mengetahui akan hal-hal yang seharusnaya mereka ketahui, atau jika mereka mengetahui urgensitas dari pengetahuan akan budaya sendiri, maka konflik sedikit demi sedikit akan bisa dihindari. Mengapa demikian?
Karena seperti yang telah diungkapkan diatas, seringnya konflik timbul, diakibatkan kurangnya pemahaman terhadap budaya. Bagi seluruh masyarakat rumpun Jawa, menyadari bahwasanya sesungguhnya mereka memang beragam. Hingga banyak hal yang harus diketahui dari semua perbedaan yang ada.

Renungan

Renungan Dari Seseorang, Yang Tak Kuketahui Siapa Dia


Kata-kata renungan ini ku dapatkan tepat di hari Minggu 3 Agustus 2008. Aku tak tau siapa pemilik dari goresan ini. Aku mendapatkan saat aku mengikuti suatu agenda dan pada kesempatan itu ada agenda tukar kado. Setiap peserta yang hadir dianjurkan untuk membawa kado ala kadarnya dan didalmnya harus ada kata-kata motivasi atau renungannya. Aku mendapatkan kado yang didalamnya terdapat kertas buku bergaris biru. Kata-katanya cukup membuatku terkejut saat membaca baris pertamanya. Baru beberapa baris aku membacanya, tapi rasa penasaran mulai tak tertahankan lagi. Lalu ku buka lembaran terakhirnya. Ternyata dalam kertas itu tak tertera nama atau identitas penulisnya. Siapapun yang menuliskannya, terimakasih. Semua ini akan ku jadikan bahan renungan. Semua ini tak ada yang kebetulan. Diantara sekian banyak kado, mengapa aku yang mendapatkan kado dengan isi taujih yang sedemikian rupa? Pasti Allah ingin mengajarkan hal baru padaku. Terimakasih saudaraku…semoga kita akan selalu dipersatukan dalam satu ikatan yaitu Islam. Semoga juga ukhuwah kita takkan pernah terputus oleh apapun. Akan kujaga dan kupupuk ukhuwah ini, hingga akhir hayat dan aku memohon pada Allah ukhuwah ini akan kekal dan mengantarkan kita pada kebersamaan di surga kelak. Kita bisa bertemu di sana diantara barisan-barisan Rasulullah dan orang-orang yang mendapatkan safaat dari kekasih Allah.

Kota Hantu , Khu_azwar020808
Aku @ Teroris
Kata mereka…
Aku jahat dan tak punya perasaan
Menginginkan kehancuran dunia atas nama Islam
Kata saudaraku…
Aku pendusta dan ahli bid’ah
Mengadakan usaha-usaha yang dilarang oleh agama
Ya robbi…,
Orang-orang kafir melaknatiku dan menggelarku teroris
Lantas saudara-saudaraku ikut mengecamku demikian
Dengarkanlah hai manusia…
Dengarkan bantahanku terhadap tuduhanmu
Yang kuinginkan pada dunia bukanlah kehancuran
Melainkan tegaknya keadilan dan nama Allah
Justru karena mengikuti kalian aku tak berperasaan
Robbiku memberi hati dan akal sejak aku mengenal Islam
Mungkin kalian takkan pernah tahu
Tangisanku pecah saat menyaksikan pembantaian terhadap saudara-saudaraku
Yup sebab kalian berpesta pora atas pembantaian itu

KALIANLAH PELAKUNYA
KALIANLAH YANG TAK BERPERASAAN

Lalu dengan bangga kalian berdalih
‘Inilah keadilan wahai dunia…’
Dan orang-orang yang tertipu oleh kalian riuh rendah
Memberikan applaush atas ‘kepahlawanan’ ini
Lantas saudaraku…
Dustaku…, bi’dahku…
Aku memohon ampun kepada Allah
Jika dosa-dosa ini membatalkan syahadatku
Yang kulakukan bukanlah yang lahir dari omong kosong belaka yang kutakutkan
Apa yang kubaca dan kusaksikan
Salahkah aku mengajak saudara-saudara muslimku
Untuk bersama menuju syurga dengan caraku?
Mereka yang hatinya beku menerima tuntunan
Haruskah dengan kekerasan dan paksaan?
Mereka yang dalam kecurangan meuju kekuasaan
Yang menzalimi jutaan rakyat haruskah kubiarkan?
Untuk menghentikannya dengan tanganku,
Aku tak kuasa, sebab lemah imanku
Maka beginilah cara jihadku
“Teroros”, kata mereka…
Lantaran aksi-aksi jihadku dengan nyawa
Yup…aku “Teroris”
Bahkan seringkali aku ‘meneror’ diriku sendiri dan orang-orang yang dekat denganku
Aku “meneror” mereka dengan senjata Allah
Dengan berita duka akan azab neraka
Aku intimidasi mereka atas nama Allah
Yang Maha keras siksan-Nya
Yang dengan mudah memutuskan segala yang tersambung
Mengakhiri setiap yang awal
Melemahkan setiap yang kuat
Mematikan setiap yang hidup
Senjataku adalah Al-Qur’an dan sunnah
Serta keyakinanku akan hari pembalasan
Tahukah kalian dimana aku menyimpan persediaan senjataku?
Aku menyimpannya dihati!
Tempat paling seteril
Setiap hari kurawat
Mata pedang senjataku semakin tajam
Kuasah terus dengan thalabul ilmi
Dengan tilawah dan dzikrullah
Dengan shaum dan shalat sunnah
Maka senjata itu tidak berkarat dan tumpul
Tahukah kalian mengapa kulakukan hal itu?
Kenapa kau senang menjadi “teroris” Allah
Walau sekedar untuk diriku dan orang-orang disekitarku?
Seorang said Hawa dalam bukunya Jundullah memotivasiku
Untuk bergabung dan menjadi “teroris”
Mereka yang merindukan kekhalifahan
Mereka yang tersayat hatinya karena dominasi kaum kafir
Mereka menginginkan kemerdekaan kaum muslim
Mereka yang merindukan syurga
Mereka yang memimpikan satu bahasa tegak dibumi
Untuk itulah aku menjadi “teroris”
Inilah kemarahanku
Allah cinta para mujahid
Maka jadillah kita orang-orang yang bid’ah.