Senin, 11 Februari 2008

Larangan Naga Beraksi di Pontianak

Pontianak
Adanya larangan atraksi naga di kota Pontianak, mungkin menjadi hal yang aneh bagi masyarakat Cina. Atraksi naga yang pernah menjadi pusat perhatisn masyarakta Pontianak itu akhirnya tak lagi boleh dilakukan. Hal ini disebut-sebut sebagai buntut dari kejadian yang terjadi di Gg. 17 beberapa waktu lalu.

Atraksi naga yang sering dilakuakn di sepanjang jalan, dan jika hal itu dilakukan lagi, dikhawatirkan akan memicu konflik di Pontianak lagi. Kejadian Gg. 17 yang melibatkan etnis Melayu dan Cina, yang belum lama terjadi itu, dikhawatirkan masih menigalkan bekas. Jika memang benar kejadian itu masih meningalkan bekas, adanya perayaan saat yang mengundang perhatian massa, diduga akan memnumbuhkan bibit-bibit konflik kembali.

Konflik yang terjadi antara etnis Jawa dan Cina didaerah klaten, bisa dijadikan salah satu referensi. Etnis Cina yang sedang mengarak naga dijalannan dengan lantuanan musik yang cukup besar, dianggap hal yang tidak nyaman bagi etnis Melayu dan akhirnya konflik pun terjadi. Berkaca dari kejadian itu, ini mungkin merupakan salah satu sebab mengapa atraksi naga yang keseringan dilakukan di beberapa ruas jalan yang telah ditentukan akhirnya dilarang. Terlebih setelah konflik yang cukup panas pernah terjadi antara dua etnis yang sama-sama dominan itu.

Pasca kejadian di Gg. 17 itu, instansi yang berwewenag juga warga Pontianak menjadi lebih waspada. Karena hal yang kecilpun mampu memicu terjadinya konflik. Adanya larangan itu, merupakan salah satu realisasi dari semboyan mencegah lebih baik dari pada mengobati. Mencegah hal yang bisa memicu konflik, merupakan jalan yang tepat untuk diambil, ketimbang menangani konflik yang terjadi.

Potensi konflik rawan terjadi setelah kejadian itu, karena warga lebih sensitif setelah adanya kejadian yang cukup membuat orang spot jantung itu. Hal apapun yang bisa menyebabkan terjadinya konflik kembali, sebisa mungkin untuk ditekan. Ini salah satu dampak dari konflik yang terjadi. Seharusnya ini menjadi salah satu hal yang harus direnungkan bersama bagi seluruh masyarakat untuk terus menjaga ketentraman, menjaga tingkah laku yang bisa merugikan orang lain. Karena konflik, kekerasan, anarkis dan kroni-kroninya, sangat merugikan terlebih untuk berlangsungnya kehidupan yang selalu berdampingan dengan orang-orang disekelling yang macam dan jenis yang beragam.

Saling menjaga tindakan dan menekan ego masing-masing merupakan solusi dalam hidup bermasyarakat. Tidak jarang karena sikap yang tidak mau tau urusan orang lain akan berujung kekerasan. Menumbuhkan rasa sosial atau peduli dengan orang lain pupuk yang bagus untuk menumbuh suburkan perdamaian dalam kehidupan. Pupuk yang tidak dijual dan tidak perlu tidak perlu memerlukan uang untuk memilikinya itu ternyata tidak menjadi hal yang cukup mengoda bagi masyarakat. Tetapi masyarakat lebih suka tindakan yang membabi buta, tidak mengoptimalkan akal sehatnya dan lebih memilih tindakan yang merugikann masing-masing pihak baik fisik, moral maupun material.
Jika konflik terjadi ketiga unsur itulah yang sering menjadi korban.

Dari segi fisik, pelaku kriminalitas, jiwanya terancam dan fisiknya juga saling tersakiti. Selain itu dari segi moral, pastinya akan ada bekas akibat dari konflik itu sendiri, dan tak jarang bibit dendampun tertanam yang kahirnya akan menimbulkan konflik yang lainnya. Kerugian dalam material hal material juga sangat mungkin terjadi. Saat konflik terjadi, tidak hanya orang yang bersangkutan yang akan menjadi korban, tapi hal lain juga. Seperti yang terjadi di Gg. 17. Buah konflik itu juga merusak klenteng milik entis Cina. Terlalu banyak dampak negatif yang ditimbulkan dari konflik tersebut, jika, maka dari itulah semua pihak sangat wajar jika terus waspada untuk meminimalisir pontensi terjadinya konflik. (Ambaryani LPM Stain).

1 komentar:

Easy Blogger mengatakan...

Bagus....
Bagus....
Tingkatkan trus ya....
(^_^)