Sabtu, 05 Januari 2008

Begitu Beruntngnya Aku…….

Bagaikan bunga teratai ini, ia sangat beruntung bisa tumbuh subur, indah menghiasi taman. Ia sangat beruntung dapat hidup subur walaupun bunga lain juga bersaing untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan suburnya. Mungkin aku tidak kalah beruntungnya dibandingkan kau bunga teratai!!!!

Begitu beruntungnya akau telah mendapatkan kesempatan yang luar biasa dalam proses pembelajaran ku. Betapa tidak! Aku bisa mengatakan aku adalah salah satu orang yang beruntung karena aku mendapatkan kesempatan untuk mengali ilmu sekaligus pengalaman. Tepatnya 6 November 2007 lalu aku mendapatkan sms dari dosenku yang memberikan informasi bahwa ada suatu kegiatan di media cetak local atau lebih tepatnya di sebuah Koran lokal.

Tepat usai shalat magrib aku menerima pesan singkat itu dan aku kenal jelas siapa pengirimnya. “ada program jurnalis intensif” sambil menyebutkan nama media yang mengadakannya, “mau ikut?”. Pesannya begitu singkat sehingga aku hanya bingung dengan sms yang ku baca saat itu. Cepat jemariku menekan kipade hand phone ku. “Mau!” jawabku dan kulanjutkan lagi dengan sederet pertanyaan yang timbul setelah aku membaca sms itu. Dalam hati ku mengumam, “uh seperti biasanya smsnya padat singkat, sangking singkatnya kita hanya dapat info sepotong aja”. Ah peduli amat dengan sms yang singkat, tapi yang penting adalah infonya dan aku harus bersyukur karena masih ada dosen yang sudi dan sempat sms walaupun hanya dikit.

“Uh aku lupa kalau orang yang satu ini (yang sangat ku segani layaknya aku menyegani ayah juga bundaku), tak pernah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ku kirim lewat sms, tapi usah terlanjur terkirim tu sms, peduli amat. Tak lama berdering lagi selular ku tanda adanya balasan sms yang barusan kukirimkan. “Kalau mau lebih jelas datang aja ke kantor”, is isms itu. Malam itu cuaca tidak bersahabat. Langit gelap, hujan turun cukup deras sedangkan temp[at tujuan itu aku tau cukup jauh jaraknya dari rumahku. Langsung ku balas lag sms itu, “yang bener aja! Ni dah malam, hujan tempatnya jauh lagi ditambah Ambar baru sekali berkunjung ketempat itu, ntar kalau ambar sesat gimana?. “itung-itung ini tantangan untuk jadi wartawan! Pergi aja ke Jl. Purnama terus ntar ketemu kantornya, kalau sesat tanya aja ama orang!” jawabnya mudah.

Aku ga mau orang berangapan bahwa aku orang yang rapuh, suka mengeluh dan cepet nyerah. Oke aku terima tantangan itu. Bergegas aku berkemas, kukenakan jaket pink ku dengan aharapan dapat menahan rasa sejuk yang siap menusuk tulangku. Ada satu perlengkapan lang yang tak boleh ku tingalka, mantel (jas hujan). Wih kalau ga pakai jas hujan bisa basah kuyup da pasti habis itu demam siap menghampiriku. Duh ni mantel menyedihkan sekiali kondisimu “ku pandangi mantelku yang sarat dengan lobang serta koyak di bagian belakang”. Lapan aku pinya duit untuk bisa ganti mantel ya? Ntar deh pasti ada aja rejekinya, hiburku dalam hati. langsung kumelaju menuju Jl. Purnama setelah ku selesai shalat Isya malam itu. Disepanjang jalan tak berhenti mulut ku komat kamit membaca istinghfar dan bacaan apa saja yang bisa ku baca dan didalam hati bergumam sederet do’a. Berharap agar Allah mempermudah jalnnku dan selalu membantuku.

Terus ku telusuri jalanan kota Pontianak yang sedikit sepi akibat hujan yang turun sejak sore tadi. Hamper aja aku tersesat saat berada tepat berada di simpang empat gor, Jl. Purnama, Jl. Sumatra juga Jl. Sutoyo. Sejenak ku terhenti serta beristighfar “Astaghfirullah!!” hampir aja aku nyasar. Untung aku lihat-lihat lagi mana jalannya. Mulai masuk di Jl. Purnama, hati-hati ku telusuri jalan, akhirnya setelah beberapa lama ku temukan juga kantornya. Wih sejuk banget sih! Langsng aja ku menuju ruangan atas kantor Borneo Tribune.

Sampai di kantor kuliaht orang yang sedang sibuk didepan komputer masing-masing. Ku dipersilahkan masuk dan dua orang yang belum begitu akrab kukenal. Wanita berjilbab hitam berbaju kaos itu menjelaskan apa itu intensif program, Mba’ Fitri namanya. Disambut oleh lelaki berbaju kaos hitam dengan rambut sedikit panjang mengerai di bahu tapi ia tampak begitu cocok dengan staylnya itu, Bang Mering namanya dan kedianya adalah redaktur Borneo Tribune yang mengelola program Tribune Institut.

Setelah dijelaskan kurang lebih dua puluh menit dan aku pun merasa faham dengan kegiatan yang kan ku ikuti keesokan harinya bergegas ku pacu kendaraan roda dua ku untuk segera sampai dirumah karena tak tahan lagi dengan rasa sejuk yang menyergap.

************************* To Be Cintinou Friend ********************** *****

Tidak ada komentar: