Jumat, 28 Maret 2008

Young Generation

Young Generation
Membangun suatu daerah tidaklah cukup hanya dengan membangun sarana prasarana atau membangun infrastrukturnya, ataupun adanya gagasan atau ide cemerlang yang dapat dijadikan rujukan dalam pengembangan suatu daerah. Jika berbicara mengenai pemenbangunan daerah ataupun bangsa erat kaitanya dengan pemuda yang ada didalamnya. Pemuda merupakan aset yang sangat penting untuk mewujudkan pembangunan. Selain itu pemuda atau generasi penerus meupakan elemen yang perlu mendapatkan perhatian khusus dan perlu adanya usaha yang optimal agar pemuda bisa menjadi generasi yang tepat guna. Tepat guna, dalam artian bisa menjadi pemuda yang memberikan peran positif bagi lingkungannya baik dalam ruang lingkup yang sempit maupun luas.
Sudah saatnya pemuda mampu memberikan dan menciptakan citra positif bagi dirinya dan lingkungan. Jika yang sering dilihat dan dikenal selama ini, pemuda memiliki citra negative dengan maraknya kasus narkoba dan sex bebas dikalangan remaja. Kasus-kasus seperti itu pastinya akan memberikan citra buruk pada individu pemuda atau remaja itu sendiri dan akan mempengaruhi perkembangan diri serta menghambat perkembangan daerah (Kalimantan Barat). Perkembangan Kalimantan Barat akan terhambat jika pemuda yang ada didalamnya mendekati kata punah dan tidak adanya regenerasi.
Dalam suatu sistem organisasi atau pemerintahan sangat penting dilakukan regenerasi atau pergantian kepengurusan. Inilah kondisi rill yang ada dilapangan. Masa kepemimpinan atau jabatan yang diduduki oleh seseorang dibatasi oleh masa jabatan. Setelah itu siapa lagi yang akan mampu memberikan perubahan kalau bukan pemuda, terlebih jika generasi penerusnya tidak memilki masa depan yang jelas. Remaja merupakan embrio yang potensial sekaligus bibit kehancuran yang membahayakan. Pemuda bisa menjadi embrio atau bibit yang potensial jika peran pemuda bisa dioptimalkan dan tidak menutup kemungkinan pemuda menjadi bibit yang tak mapu menyumbangkan jasanya untuk perkembangan daerahnya sendiri atau bahkan menjadi faktor utama terpuruknya suatu daerah.
Untuk mewujudkan pemuda yang potensial terdapat banyak cara dan jalan agar pemuda dapat menjalankan tanggung jawab dan fungsinya secara optimal. yang mungkin belum dioptimalkan. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah membudidayakan membaca dan menulis dikalangan pemuda itu sendiri.
Budaya membaca dan Budaya menulis
Tidak jarang budaya membaca yang memiliki nilai positif bergeser retingnya dibandingkan dengan budaya lain yang sedang digandrugi oleh pemuda, salah satunya adalah musik. Pemuda berlomba-lomba menekuni dunia musik. Menekuni ataupun mengemari budaya lain bukanlah hal yang salah selama budaya tersebut tidak mengurangi minat pemuda untuk membaca. Seperti slogan yang sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari menegenai membaca adalah “dengan membaca kita membuka jendela dunia”.
Membaca menjadi suatu alternative yang ampuh untuk menyiasati kedangkalan pengetahuan yang dimiliki. Karena dengan membaca tidak hanya wawasan yang didapatkan, tetapi informasi-informasi yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang sedang dihadapi. Kegiatan membaca tidak hanya dibatasi pada buku, ataupun literature yang formal. Tetapi bahan bacaan sangatlah berfariasi, mulai dari koran yang memuat hal-hal yang up to date, majalah yang menyediakan ragam informasi yang beragam, buku yang juga memiliki jenis atau focus yang sangat banyak baik itu buku mengenai kehidupan politik, sosial, pendidikan ekonomi dan lain sebagiainya.
Menumbuhkan minat baca dikalangan pemuda bukanlah hal yang terlalu rumit. Tahap awal mulai tumbuhkan minat baca dengan membaca buku-buku yang diminati. Setelah minat baca itu tumbuh, setelah itu alihkan minat baca tersebut pada jenis dan ragam buku yang berfariasi.
Usaha untuk menumbuhkan minat baca juga bisa lakukan dengan banyak cara. Tidak sedikit sekolah atau perguruan tinggi yang menerapkan sistem diskusii dalam pembelajarnya. Dengan pola pendidikan yang seperti itu, menuntut peserta didik untuk mengetahui banyak hal dari buku-buku atau sumber lain mengenai permasalahan yang sedang dibicarakan. Selain itu sarana dan prasarana perpustakaan yang mampu memenuhi kebutuhan buku yang diperlukan untuk dijadikan bahan bacaan.
Minat baca seseorang bahkan bisa terlihat dari perkataan yang digunakan untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Katakana saja pemuda atau seseorang yang memiliki minat baca, dalam mengungkapkan argumen, selalu ada landasan keilmuan yang digunakan untuk memperkuat argumenya, minimal menmbandingkan apa yang orang lain bicarakan dengan apa yang pernah dibacanya. Jika budaya membaca sudah mampu ditumbuh suburkan, maka tidak akan ada lagi tindakan pembodohan atau penindasan pola pikir, karena banyak hal yang bisa memberikan beck up secara tidak langsung.
Kalimantan Barat memang sedang tidak dalam masa penjajahan, akan tetapi unsur-unsur penjajahan masih ada. Tidak hanya di Kalimantan Barat, akan tetapi didaerah lain hal ini juga terjadi. Penjajahan atau penindasan yang dimaksud disini adalah dalam hal pemikiran atau pola pikir. Pola pikir yang dipakai oleh pemuda Kalimantan Barat, banyak dipengaruhi oleh pemikiran kapitalis. Hal ini terjadi karena dari segi pengetahuan mengenai hal itu, tidak dimiliki dan jika terjadi hal-hal serupa tidak mengetahuinya dan akan terus berjatuhan korban dalam perang pemikiran dan suramlah masa depan Kalimantan Barat jika itu terjadi pada kalangan pemuda mayoritas.
Jika budaya membaca merupakan back up diri pemuda, menulis merupakan bukti dari ilmu yang dimilki atau memperkuat argument yang hanya perkataan kepada tulisan. Pemuda tidak hanya dituntut bisa berbicara untuk menyampaikan aspirasi yang luar biasa brilian, tapi ada cara lain yang lebih relative lebih efektif yaitu dengan menulis. Jika dengan berbicara pemuda hanya mampu menjangkau seratus audien, dengan menulis target yang didapatkan bisa lebih dari itu karena dengan menulis jagkauannya cukup luas. Selain itu dengan menulis pemuda dididik untuk bisa mempertangung jawabkan apa yang dituliskannya, bukanlah “lempar batu sembunyi tangan”, dalam artian berbicara tanpa brani mempertangung jawabkannya.
Tidak hanya cukup dengan membaca saja untuk memberikan perubahan yang berarti bagi daerah ini. Selain itu dengan menulis pemuda juga bisa memberikan peran dalam mengembangkan daerah ini. Menulis di kalangan pemuda bukanlah hal yang tabu lagi dan dunia menulis tidak dibatasi oleh usia serta pangkat. Bahkan jika dalam usia yang relative muda sudah mampu menkuni dunia tulis menulis, itu artinya Kalimantan Barat memiliki tunas baru yang akan menghasilkan ranting yang kuat dan akan memperkokoh berdirinya pohon yang semakin tinggi. Jika membaca dan menulis sudah bisa menjadi hal yang biasa dan akrap dikalangan pemuda khususnya dan masyarakat umumnya itu suatu pertanda masyarakat yang memiliki budaya yang tinggi.
Budaya membaca dan menulis dikalangan pemuda umumnya dan pemuda intelektual (mahasiswa) khususnya selayaknya menjadi hal yang dikedepankan. Sebagai kaum pemuda intelektual atau mahasiswa dunia membaca adalah hal yang selalu digelutinya, akan tetapi tidak sedikit pula mahasiswa yang hanya belum menumbuhkan kesadaran akan pentingnya budaya membaca dan menulis. Dengan budaya menulis mahasswa bisa menuangkan aspirasinya dalam tulisan dan kemudian dipublikasikan. Jika ini bisa dilakukan, kemungkinan budaya demo dikalangan mahasiswa tidak akan ada lagi, karena ada cara lain yang lebih efektif untuk menyalurkan aspirasi dengan menulis. Tidak akan ada lagi kegiatan demo yang tidak jarang berujung pada perkelahian atau identik dengan tindakan anarkis dan kurangnya mengedepankan etika atau sopan santun. Menyampaikan aspirasi dengan menulis adalah tindakan yang bisa dilakukan dan lebih efesien. Budaya inilah yang mulai saat ini sudah harus kita tumbuh kembangkan kemudian lestarikan dan dengan cara itu pula kita sebagai pemuda bisa memberikan peran kita untuk membangun Kalimantan Barat.

Tidak ada komentar: