Jumat, 14 Maret 2008

Perekonomian VS Pendidikan

Perekonomian VS Pendidikan

Oleh : Ambaryani

Sejauh ini kesadaran rakyat Indonesia umumnya dan Pontianak khususnya masih sangat rendah. Kenyataan ini bukanlah isapan jempol semata. Sering dijumpai kejadian dimana anak yang seharusnya duduk dibangku sekolah, akan tetapi pada jam-jam wajib belajar mereka berkeliaran melakukan aktifitas yang seharusnya belum layak mereka lakukan. Aktifitas tersebut, mencari nafkah misalnya. Tidak sedikit anak-anak bangsa yang harus rela menimbun dalam-dalam keinginannya untuk mengenyam dunia pendidikan lantaran perekonomian yang tidak memungkinkan.

Kasus ataupun realita ini seharusnya menjadi hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus bagi para pragtisi pendidikan dan hal ini menjadi pekerjaan rumah (pr) bagi pemerintah yang memegang kendali jalannya proses kepemimpinan. Jika pemerintah tidak memiliki sidtem yang jelas serta transparan bagiamana mungkin pengelolaan angaran APBD yang didalamnya terdapat 20% untuk alokasi biaya pendidikan dapat dioptimalkan.

Perekonomian dan pndidikan memang memiliki skandal hubungan yang cukup erat dan keduanya tidak bisa dipisahkan. Pendidikan geratis, memang sudah ada di Indonesia. Tapi apakah hal tersebut merupakan solusi yang sangat absolut untuk mengatasi permasalahan dalam dunia pendidikan? Tentunya pendidikan geratis yang sudah mulai dirintis dan belum lama itu, belum bisa mengatasi kesulitan anak bangsa yang begitu banyak jumlahnya, yang memerlukan bantuan mendapatkan haknya di bidang pendidikan. Jangankan mereka yang hidup di pedesaan, mereka yang berdomisili di kota puan masih ada yang memiliki kesulitan dan tidak terjamah oleh tangan-tangan yang dermawan.

Dalam suatu keluarga misalnya. Jika ada orang yang sangup mendatangi mereka dan menanyakan apa factor utama mereka yang membuat orang-orang yang ada didalamnya tidak mengenal dunia pendidikan, pastilah jaabanya adalah “karena kami tidak mampu membayar uang sekolah”.

Jika perekopnomian menjadi faktor yang tidak boleh diremehkan, maka sudah selayaknyalah ada suatu tindakan khusus untuk mengatasi kesulitan dalam bidang perekjonomian, ataupun adanya solusi lain untuk memecahkan permasalahan yang telah ada entah dari tahun dan abad berapa munculnya. Dari waktu ke waktu, jumlah pengemis atau peminta-minta yang mewarnai kota Pontianak semakin bertambah jumlahnya dan makin berfariasai pula cara serta tingkatan usianya. Jika bisa diberi suatu istilah terlalu komplit dinamika yang sedang terjadi di Indonesia dan itu adalah kenyataan bukanlah mimpi yang hanya ada saat tidur setelah itu hilang dengan sendirinya. Tapi permasalahan ini benar adanya dan sedang dialami oleh Indonesia termasuk pulalah Pontianak.

Pemimpin yang ada di suatu daerah, merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah pusat atau presiden. Jika orang-orang yang menduduki jabatan di daerah tidak mampu menghandel tugasnya masing-masing kapan permasalahan yang dialami bisa diselesaikan? Permasalahan yang sedang ada bukanlah tontonan yang layaknya sinetron yang ada di televisi, walaupun adeganya tidak kalah reting dengan rekayasa para pekerja seni yang menekui bidangnya tapi yang adegan yang sedang dialami di kehidupan nyata ini, bukalah ajang tontonan tapi bagaimana kita setelah melihatnya memberikan andil untuk memberikan solusi terhadap apa yang sedang dialami negeri ini.

Akan tetapi factor ekonomi pun bukanlah solusi paten. Karena walaupun taraf ekonomi diatas rata-rata dan jauh dari kata kekurangan, tapi jika motifasi dari diri sendiri tidak ada dunia pendidikan pun akan sepi dan tidak banyak diminati. Bila itu yang sedang terjadi, Indonesia yang sudah mengantongi bekal permasalahan yang cukup banyak, akan bertambah lagi permasalahannya. Karena generasi penerusnya tidak memiliki semangat yang tingi.

Yang pasti ibarat sebuah tikar pandan, tikar terbuat dari sekian banyak daun pandan yang terpisah, dianyam oleh orang yang mengerti bagiamana cara menganyamnya berulah didapatkan tikar pandan yang siap dibentang. Begitu pula dengan dunia pendidikan dan hal lainya. Banyak faktor yang akan mengsukseskannya dan banyak pula factor yang bisa mengagalkannya. Dari semua factor atau elemen itu harus disatukan, kemudian diolah oleh tenaga yang berkompeten dan hasilnya akan luar biasa.

Tidak ada komentar: