Senin, 08 Desember 2008

Hari Raya Kurban & Pengorbanan Seorang pemimpin

Segala sesuatunya sudah harus disiapkan oleh semua umat Muslim mejelang hari raya kurban yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijah 1429 H dan bertepatan tanggal 8 Desember 2008 mendatang. Persiapan-persiapan itu tampak dari mempersiapkan hewan kurban, mempersiapkan petugas-petugas yang akan bertugas saat shalat idul adha nanti. Bahkan ada beberapa masjid yang telah memasang pengumuman jadwal shalat ied dan penceramahnya. Semua persiapan itu terkait dengan persiapan fisik, tapi sesungguhnya tidak hanya persiapan fisik saja yang harus disiapkan, akan tetapi mempersiapkan jiwa kita juga tak kalah pentingnya. Mengapa demikian?
Karena makna hari raya kurban tidak hanya prosesi shalat ied dan penyembelihan binatang kurban saja. Akan tetapi nilai-nilai yang harusnya kita dapatkan adalah keikhlasan kita dalam mengorbankan dan menyembelih nafsu kita yang terkadang lebih cenderung dengan hal-hal yang bersifat duniawi. Seperti apa yang sering disampaikan oleh khotib saat khutbah Idul Adha mengenai pengorbanan nabi Ibrahim yang harus merelakan buah hatinya (Ismail) disembelih demi menjalankan perintah Allah.
Binatang kurban sebenarnya hanyalah symbol saja. Binatang kurban tersebut sebagai symbol bahwa kita berusaha berkorban, merelakan dan menyisihkan sebagian rezeki untuk disedekahkan kepada orang lain yang membautuhkannya. Jika kita resapi makna dari sebuah pengorbanan, pasti kita akan mendapatkan hal yang sangat luar biasa dibandingkan jika kita hanya memaknai hari raya Idul Adha sebagai moment penyembelihan binatang kurban saja.
Akan tetapi sesungguhnya fenomena-fenomena yang berkaitan dengan pengorbanan sering kita jumpai dalam kehidupan kita. Tengok saja, pengorbanan seorang ibu saat hendak melahirkan buah hatinya. Sebenarnya itu adalah contoh rill pengorbanan yang sangat tulus. Pengorbanan seorang ibu yang merelakan nyawa sebagai taruhanya demi melahiran buah hatinya. Selain itu ada juga pengorbanan seseorang yang tidak jarang harus merelakan hidup dalam kesederhanaan, bahkan kekurangan demi meraih cita-citanya mengisi hidup dengan menuntut ilmu (sekolah). Kondisi yang seperti itu jarang kita perhatikan dan kita renungi maknanya. Padahal itulah proses pembelajaran yang benar-benar rill dan seluruh pengorbanan-pengorbanan yang sering tidak diperhatikan itu, secara sakral diperingati dalam bentuk hari raya kurban.
Andai saja nilai penting dalam hari raya kurban ini benar-benar bisa didapatkan dan diamalkan oleh kita semua terlebih jika para pemimpin yang baru menduduki kursi jabatanya dan para calon anggota legislatif yang sedang berlomba-lomba mendapatkan kursi masing-masing tersebut mampu mengamalkannya, pasti tidak akan ada lagi demo mahasiswa karena mahasiswa benar-benar merasa diperlakukan secara adil oleh pemimpin, tak akan ada lagi masyarakat yang merasa dimarginalkan, dan tak ada lagi pemimpin yang tega mengambil sesuatu yang bukan hak miliknya.
Tidak akan dijumpai pula kasus korupsi jika pemimpin mampu merealisasikan nilai penting yang terdapat dalam hari raya kurban dan nilai yang terdapat dalam sebuah pengorbanan. Pemimpin kita akan menekan dalam-dalam keinginan pribadinya jika pilihanya adalah kepentingan pribadi atau rakyat. Terjadinya kasus penyalah gunaan jabatan, salah satu sebabnya karena pemimpin kita tidak berani berkorban demi kepentingan rakyat atau bahkan lebih naasnya jika pemimpin berbalik ingin mendapatkan laba dari jabatan yang sedang diembannya.
Tidak hanya itu, jika semua orang dimuka bumi ini bisa memetik hikmah dibalik moment Idul Adha (hari raya kurban), tidak akan lagi ditemukan tindakan-tindakan kriminal, mencuri, merampok, membunuh, mutilasi misalnya. Orang tidak akan sangup melakukan hal itu jika ia memiliki jiwa yang tulus untuk bisa berkorban, bukan sebaliknya mengorbankan orang lain. Jika tindakan kriminal terjadi, itu artinya pelaku mengorbanan hati nuraninya yang sebenarnya tidak membenarkan tindakan tersebut, dan malah menjadikan orang lain korban dari tindakan tersebut.
Begitu banyak manfaat yang dapat diambil dari moment hari raya kurban. Jika kita tak bisa menjadi salah satu orang yang mampu menyisihkan sebagian harta untuk mendatangi rumah Allah (Baitullah) demi menyempurnaan rukun Islam yang ke lima, dan kita salah satu orang yang belum mampu mempersembahkan binatang kurban, alangkah berutungnya kita jika kita mampu mengambil nilai penting yang terkandung dalam hari raya Idul Adha (hari raya kurban) yaitu belajar untuk bisa menjadi orang yang mampu berkorban dan belajar tulus dengan apa yang telah kita korbankan.
Akan tetapi alangkah meruginya kita jika kita menjadi orang yang hanya bisa menikmati daging kurban tapi tidak mampu merasakan betapa nikmatnya menjadi manusia yang mampu berkorban demi sesama dan mampu berkorban demi sesuatu yang lebih baik lagi. Walaupun tak dipungkiri jika usaha untuk bisa mendapatkan, meresapi dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam suatu kejadian (hari raya kurban) itu bukanlah hal yang mudah, dan tak semudah layaknya kita membalikkan telapak tangan. Tapi alangkah beruntungnya jika kita mau belajar dan mengambil hikmah dari semua kejadian. Salah satu ciri orang yang beruntung adalah orang yang mampu mengambil pelajaran dari apa-apa yang telah terjadi dan dilewatinya. Searang semua pilihan ada ditangan kita, apakah kita akan menjdai salah satu orang yang beruntung atau bahkan akan menjadi orang yang merugi?

Tidak ada komentar: