Senin, 04 Agustus 2008

Renungan

Renungan Dari Seseorang, Yang Tak Kuketahui Siapa Dia


Kata-kata renungan ini ku dapatkan tepat di hari Minggu 3 Agustus 2008. Aku tak tau siapa pemilik dari goresan ini. Aku mendapatkan saat aku mengikuti suatu agenda dan pada kesempatan itu ada agenda tukar kado. Setiap peserta yang hadir dianjurkan untuk membawa kado ala kadarnya dan didalmnya harus ada kata-kata motivasi atau renungannya. Aku mendapatkan kado yang didalamnya terdapat kertas buku bergaris biru. Kata-katanya cukup membuatku terkejut saat membaca baris pertamanya. Baru beberapa baris aku membacanya, tapi rasa penasaran mulai tak tertahankan lagi. Lalu ku buka lembaran terakhirnya. Ternyata dalam kertas itu tak tertera nama atau identitas penulisnya. Siapapun yang menuliskannya, terimakasih. Semua ini akan ku jadikan bahan renungan. Semua ini tak ada yang kebetulan. Diantara sekian banyak kado, mengapa aku yang mendapatkan kado dengan isi taujih yang sedemikian rupa? Pasti Allah ingin mengajarkan hal baru padaku. Terimakasih saudaraku…semoga kita akan selalu dipersatukan dalam satu ikatan yaitu Islam. Semoga juga ukhuwah kita takkan pernah terputus oleh apapun. Akan kujaga dan kupupuk ukhuwah ini, hingga akhir hayat dan aku memohon pada Allah ukhuwah ini akan kekal dan mengantarkan kita pada kebersamaan di surga kelak. Kita bisa bertemu di sana diantara barisan-barisan Rasulullah dan orang-orang yang mendapatkan safaat dari kekasih Allah.

Kota Hantu , Khu_azwar020808
Aku @ Teroris
Kata mereka…
Aku jahat dan tak punya perasaan
Menginginkan kehancuran dunia atas nama Islam
Kata saudaraku…
Aku pendusta dan ahli bid’ah
Mengadakan usaha-usaha yang dilarang oleh agama
Ya robbi…,
Orang-orang kafir melaknatiku dan menggelarku teroris
Lantas saudara-saudaraku ikut mengecamku demikian
Dengarkanlah hai manusia…
Dengarkan bantahanku terhadap tuduhanmu
Yang kuinginkan pada dunia bukanlah kehancuran
Melainkan tegaknya keadilan dan nama Allah
Justru karena mengikuti kalian aku tak berperasaan
Robbiku memberi hati dan akal sejak aku mengenal Islam
Mungkin kalian takkan pernah tahu
Tangisanku pecah saat menyaksikan pembantaian terhadap saudara-saudaraku
Yup sebab kalian berpesta pora atas pembantaian itu

KALIANLAH PELAKUNYA
KALIANLAH YANG TAK BERPERASAAN

Lalu dengan bangga kalian berdalih
‘Inilah keadilan wahai dunia…’
Dan orang-orang yang tertipu oleh kalian riuh rendah
Memberikan applaush atas ‘kepahlawanan’ ini
Lantas saudaraku…
Dustaku…, bi’dahku…
Aku memohon ampun kepada Allah
Jika dosa-dosa ini membatalkan syahadatku
Yang kulakukan bukanlah yang lahir dari omong kosong belaka yang kutakutkan
Apa yang kubaca dan kusaksikan
Salahkah aku mengajak saudara-saudara muslimku
Untuk bersama menuju syurga dengan caraku?
Mereka yang hatinya beku menerima tuntunan
Haruskah dengan kekerasan dan paksaan?
Mereka yang dalam kecurangan meuju kekuasaan
Yang menzalimi jutaan rakyat haruskah kubiarkan?
Untuk menghentikannya dengan tanganku,
Aku tak kuasa, sebab lemah imanku
Maka beginilah cara jihadku
“Teroros”, kata mereka…
Lantaran aksi-aksi jihadku dengan nyawa
Yup…aku “Teroris”
Bahkan seringkali aku ‘meneror’ diriku sendiri dan orang-orang yang dekat denganku
Aku “meneror” mereka dengan senjata Allah
Dengan berita duka akan azab neraka
Aku intimidasi mereka atas nama Allah
Yang Maha keras siksan-Nya
Yang dengan mudah memutuskan segala yang tersambung
Mengakhiri setiap yang awal
Melemahkan setiap yang kuat
Mematikan setiap yang hidup
Senjataku adalah Al-Qur’an dan sunnah
Serta keyakinanku akan hari pembalasan
Tahukah kalian dimana aku menyimpan persediaan senjataku?
Aku menyimpannya dihati!
Tempat paling seteril
Setiap hari kurawat
Mata pedang senjataku semakin tajam
Kuasah terus dengan thalabul ilmi
Dengan tilawah dan dzikrullah
Dengan shaum dan shalat sunnah
Maka senjata itu tidak berkarat dan tumpul
Tahukah kalian mengapa kulakukan hal itu?
Kenapa kau senang menjadi “teroris” Allah
Walau sekedar untuk diriku dan orang-orang disekitarku?
Seorang said Hawa dalam bukunya Jundullah memotivasiku
Untuk bergabung dan menjadi “teroris”
Mereka yang merindukan kekhalifahan
Mereka yang tersayat hatinya karena dominasi kaum kafir
Mereka menginginkan kemerdekaan kaum muslim
Mereka yang merindukan syurga
Mereka yang memimpikan satu bahasa tegak dibumi
Untuk itulah aku menjadi “teroris”
Inilah kemarahanku
Allah cinta para mujahid
Maka jadillah kita orang-orang yang bid’ah.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Ambaryani, telah pergi kmana hati nuranimu?