Senin, 04 Agustus 2008

Menyambut Detik Pilwako

Menyambut Detik Pemilihan Walikota
Oleh : Ambaryani

Kibar bendera politik dan aktifitasnya tak akan ada habisnya. Kota ini baru saja melepas lelah setelah disibukkan dengan pemilihan gubernur dan wakil gubernur beberapa bulan yang lalu. Tak lama lagi pemilihan wali kota plus wakil wali kota dan pemilihan presiden dan wakil presiden 2009 mendatang. Kesibukan seluruh tim sukses, simpatisan sekaligus calon walikota maupun wakil wali kota semakin tinggi menjelang detik-detik pemilihan wali kota beberapa bulan mendatang. Segala usaha dilakukan demi suksesnya kubu masing-masing. Baik itu pemasangan baligho, stiker-stiker balon ataupun pendekatan personal. Semua usaha dilakukan demi terpilihnya masing-masing pasangan untuk menduduki dua kursi tersebut.
Kesibukan itu tampak jelas. Kesibukan untuk menyambut datangnya detik pemilihan itu, hendaknya tidak hanya dialami oleh para pragtisi politik saja. Warga atau pun seluruh elemen masyarakat seharusnya juga pro aktif demi tercapainya keputusan yang benar-benar tepat. Sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi demokrasi, sudah selayaknya mendukung. Tapi bentuk dukungan tersebut tidak hanya seperti dukungan yang diberikan oleh sang raja yang semena-mena kepada prajurit yang hanya bisa menganggukkan kepala dan berkata iya.
Warga harus mengantongi pengetahuan menegani apa yang akan dihadapinya. Jangan mengulangi kesalahan turunan yang sering terjadi. Memilih tanpa tahu siapa yang dipilih lantaran dia orang terdekat kita tanpa melihat kualitas. Istilah memilih kucing dalam karung memang sudah lama tak ada. Tapi nyatanya banyak warga yang berada dalam posisi sebagai pembeli kucing dalam karung. Apa namanya bagi warga yang memilih calon pemimpin tapi tak tahu siapa yang dipilihnya kalau bukan memilih kucing dalam karung? Calon pemimpin kita memang tidak menutup diri. Tapi jika sebagai warga tidak pro aktif, mungkinkah warga bisa mengetahui banyak hal?
Mengetahui latar belakang calon tidak hanya bisa kita ketahui dari visi misi yang disampaikanya dalam pemilu batau seluruh rangkaian dan sederet aktifitas menjelang pemilu. Jika menginginkan keputusan yang valid, sibak seluruh tabir calon, ketahui secara keseluruhan alias jangan setengah-setenagh. Ketahui seperti apa prestasinya, didikasinya, kinerjanya sebelum mencalonkan diri, dan masih banyak lagi hal yang perlu diketahui.
Setiap individu memiliki ruang gerak yang berbeda dan beragam. Manusia tidak hanya memiliki satu tabir dalam kehidupan. Ibaratnya, jika ingin tahu seperti apa kondisi rumah, jangan hanya melihat dari bagian depan saja. Tapi lihat dari semua sudut, depan, belakang, samping kiri, kanan, dalam atas dan bawah. Jika hanya sebagian yang kita ketahui, tidak menutup kemungkinan adanya lobang pada bagian dinding atau atap rumah tersebut. Sebelum timbulnya penyesalan, lebih baik ketahui secara detil siapa yang akan kita pilih.
Jabatan itu adalah amanah. Jadi jika ingin tahu seperti apa kelak calon kita menjalankan amanahnya, evaluasi bagaimana ia menjalankan amanah yang pernah diembannya. Kita tidak sedang mencari kelemahan masing-masing. Kita sebagai warga hanya ingin mengetahui dari seluruh aspek siapa yang akan kita pilih. Hal ini kita lakukan agar tidak adanya penyesalan dan saling tuding jika kita menemukan tindakan yang seharusnya tidsk dilakukan oleh pemimpin kita.
Misalnya jika terjadi korupsi. Masyarakat, warga hanaya bisa menyaksikan, dan jikapun ia berbicara, tanpa disertai dengan kapasitas apapun yang mendukung, pembicaraan itu jarang sekali memberikan pengaruh yang segnifikan. Jadi sebelum melakukan kesalahan dengan memilih orang yang salah, alangkah baiknya jika kita juga mulai mengenal kesemua calon yang telah mencalonkan diri.
Konsep memilih pemimpin yang Rasulullah anjurkan, cari yang terbaik diantara yang baik, jikapun tidak pilih yang membawa sedikit mudharat dari pada yang membawa banyak mudharat. So, apa yang akan kita lakukan? Berdiam diri dengan ketidak tahuan atau berusaha mencari tahu sehingga diri kita menajadi tahu? Keputusan akhir ada pada tangan kita semua. Tidak terjun di dunia politik, tidak lantas membuat kita tidak mmengetahui perhelatan apa yang sedang terjadi. Tapi kita berusaha tahu hingga kita tidak menjadi manusia yang hanya mengikuti kata-kata orang yang mengetahui banyak hal. Karena belum tentu orang yang tahu mampu membuat kita tahu mana yang benar-benar harus kita ketahui. (Ambaryani, mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, Jurusan Dakwah dan anggota LPM STAIN Pontianak).

Tidak ada komentar: