Senin, 04 Agustus 2008

Komunikasi Antar Budaya Masyarakat Jawa Desa Sidodadi

MENINJAU KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MASYARAKT JAWA DI DESA SIDODADI

Negara Indonesia memiliki suku serta budaya yang cukup beragam. Begitu juga halnya dengan keadaan yang ada di desa Sidodadi kecamatan Sejangkung Sambas. Mengapa hal ini bisa terwujud? Tak lain salah satu faktornya adalah karena semua pihak menyadari adanya perbedaan itu dan memahami konsep tepo seliro yang sering kita dengar.
Di Desa Sidodadi kecamatan Sejangkung, banyak suku yang ada didalamnya, diantaranya adalah suku Jawa yang terbagi menjadi dua yaitu Jawa Barat dan Jawa Tenggah. Ada juga suku Jawa yang kita kenal dari daerah Kebumen (bagian dari daerah Jawa juga). Di desa tersebut ada julukan-julukan tersendiri pada daerah masing-masing. Ada yang diberi nama dengan daerah Semarang. Mengapa diberi julukan daerah semarang? Julukan itu mereka populerkan karena didaerah tersebut yang mendominasi adalah suku Jawa yang bertransmigrasi dari pulau Jawa yakni daerah Semarang. Ada juga yang diberi julukan daerah ngapak, julukan itu bisa mereka berikan karena didaerah Kebumen bahasa yang dipakai adalah bahasa Jawa Ngapak (bahasa Jawa dengan ciri khas tersendiri). Sedangkan julukan bagi daerah yang didominasi oleh orang sunda akrab dengan sebutan Jawa Barat.
Dalam keseharian mereka dalam berkomunikasi mengunakan jenis bahasa yang beragam. Hal itu terjadai karena heterogenitas lingkungan sekitar. Ketika mereka berada dalam komunitas mereka, etnis Jawa Tenggah berkumpul dengan sesama mereka, mereka akan berbicara dengan mengunakan bahasa Jawa Tenggah. Begitu juga dengan etnis yang lain, ketika mereka berkumpul dengan sesama mereka, mereka akan mengunakan bahasa mereka masing-masing. Ada hal yang unik disini, mereka memang tidak pernah mengetahui apa itu teori dari komunikasi yang efektif jika menghadapi massa yang sangat heterohen. Akan tetapi mereka bisa menciptakan kehidupan yang harmonis, walaupun memang terkadang komunikasi yang terjalin kurang efektif.
Disadari atau tidak hal-hal yang selama ini mereka lakukan sesungguhnya merupakan praktek dari teori yang saat ini dipelajari oleh sebagian orang. Akan tetapi apa yang sedang berlangsung dalam kehidupan mereka merupakan ilmu yang tidak pernah mereka dapatkan dibangku formal, akan tetapi hal itu sangat tepat jika memang mereka mengetahuinya. Proses komunikasi yang memang terkadang terdengar agak aneh, karena banyak unsur bahasa dan kebiasaan budaya lain yang masuk didalamnya. Latar belakang kebudayaan yang cukup beragam tidak membuat adanya perpecahan, walaupun memang terkadang perselisihan juga tidak bisa dihindari. Akan tetapi perselisihan itu tidak berlangsung lama dan bisa mereka redam dengan perdamaian. Komunikasi antar budaya itu sendiri adalah pertukaran informasi atau pesan dari satu indifidu kepada indifidu atau kelompok lain yang berbeda latar belakang budaya serta sukunya.
Proses komunikasi antar budaya yang terjadi dibagi kedalam dua tahap, yaitu proses yang terjadi secara primer dan sekunder. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan mengunakan lambang (symbol) sebagai media. Dalam konteks ini komunikasi ini yang terjadi masih dalam tahap awal. Karena dalam komunikasi ada tahap awal yang lebih sederhana dari komunikasi sekunder. Dalam proses komunikasi sekunder hal-hal yang sering terlihat, adalah ketika komunikasi itu berlangsung adalah dari mimik wajah timbul ketika ia berbicara dengan orang lain, sehingga orang yang berbicara dengan kita bisa memahami apa maksud yang ingin kita sampaikan. Mengapa yang lebih identik dalam proses komunikasi antar budaya adalah bahasa? karena bahasa merupakan hal yang sering diambil dalam berkomunikasi.
Tahap yang kedua ialah proses komunikasi secara sekunder. Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang terhadap orang lain dengan mengunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Dalam menyampaikan pesan ada beberapa hal yang harus ada, dan diantaranya adalah media untuk menyampaikan maksud yang hendak kita sampaikan kepada lawan bicara kita. Pasti semua orang akan sepakat jika bahasa diangap hal yang urgen dalam proses komunikasi.
Banyak sekali orang yang memiliki pendapat yang berbeda mengenai komunikasi efektif yang tejadi antar budaya yang bebeda. Ada yang berargumen bahwa komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang tejadi hanya dengan cara bertatap muka langsung dengan lawan bicara kita. Hal itu memang tidak bisa dielakkan lagi, apabila komunikasi kita lakukan dengan bertatap muka langsung dengan lawan bicara kita, maka komunikasi yang kita lakukan bisa sesuai dengan apa yang kita inginkan. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga keadaan yang seperti itu bisa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Terkadang komunikasi yang efektif bisa dipengaruhi oleh status. Terkadang orang yang memiliki status, memiliki hal yang sangat mereka jaga (menjaga status), sehingga komunikasi yang berlangsung tidak bisa nyaman.
Komunikasi antar budaya yang berlangsung di desa Sidodadi yang mayoritas didalamnya adalah orang Jawa juga berlangsung dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. Dalam berlangsungnya komunikasi yang mereka lakukan, penyesuaian diri dengan lingkungan mereka dapat dilihat dalam proses sosialisasi mereka. Mereka dengan budaya yang berbeda, akan tetapi mereka dalam kehidupan bisa menyatukan perbedaan itu. Semua orang pasti sepakat jika dikatakan bahwa bahasa merupakan elemen penting pada proses komunikasi yang berlangsung sehari-hari.
Dalam bukunya Ibrahim MS, efektifitas komunikasi anatar budaya dapat dicapai dengan adanya saling menghargai dan memahami perbedaan yang ada dilingkungan yang beragam. Masih dalam buku yang sama diungkapkan bahwa komunikasi antar budaya yang efektif adalah yang sejalan dengan kongnisi (apa yang dipikirkan)dari tiga tau tiga individu yang berkomunikasi (William Powers dan David Lawrey: 1984). Diakui atau tidak memang latar belakang yang berbeda biasanya membuat kita sangat kaku dalam aktifitas kita dalam berkomunikasi dengan lingkungan kita. Bila kita tidak bisa menyikapi perbedaan itu dengan bijak maka kemungkinan untuk tercapainya komunikasi yang efektif sangatlah kecil. Ruang lingkup komunikasi sangat luas, tidak hanya apa yang kita hadapi saja akan tetapi banyak aspek yang harus kita ketahui.
Dalam komunikasi masyarakat Jawa yang bermacam ragam jenis Jawa disana, banyak menimbulkan rasa kagum jika benar-benar mecermatinya. Walaupun mereka serumpun yaitu Jawa, akan tetapi mereka terpisah dengan identitas kebudayaan mereka masing-masing. Akan tetapi tanpa mengedepankan rasa etnosentrisme yang ada, mereka bisa mengangap mereka adalah memiliki satu lebel yang sama yaitu rumpun Jawa. Maka dari itu ketika diantara mereka mengedepankan ego masing-masing diantara mereka maka itu artinya mereka menciptakan aib pada komunitas mereka sendiri. Terkadang jika ada hal yang tidak dinginkan terjadi, dan jika hal itu kita tinjau secara ilmu komunikasi, bisa saja itu terjadi karena mereka tidak memenuhi prinsip-prinsip komunikasi yang ada.
Dalam prinsip-prinsip komunikasi ada hal yang dikenal dengan interaksi awal dan perbedaan antar budaya. Dalam berinteraksi jika pada awal kita berinteraksi dengan orang lain saja sudah tidak baik atau tidak berjalan dengan normal, bagaimana mungkin komunikasi atau interaksi yang kita lakukan selanjutnya akan berjalan dan berakhir dengan baik. Bahkan mungkin jika komunikasi awal sudah tidak baik atau nyaman, maka interaksi akan putus ditengah jalan. Terkadang jika interaksi awal tidak maksimal, hal itu timbul karena adanya rasa ketidaknyamanan karena perbedaan yang ada.
Dalam bahasa Jawa yang sering kita gunakan sebagai yang lazim kita gunakan sebagai pengambaran kehidupan yang penuh tengang rasa yaitu tepo seliro. Walaupun mereka tidak pernah mendapatkan materi mengenai tenggang rasa akan tetapi mereka mengenal dan mengamalkan tepo seliro yang mereka kenal selam ini. Tepo seliro yaitu istilah yang mengambarkan bahwa dalam kehidupan yang heterogen adanya sikap saling meghargai diantara mereka. Kebudayaan mereka yang berbeda (masyarakat Jawa desa Sidodadi) tidak membuat mereka terpepecah belah. Malahan dari perbedaan budaya tersebut menimbulkan rasa kekeluargaan yang semakin erat.
Hal ini benar adanya, budaya yang berbeda tidak mereka jadikan hal yang harus selalu mereka perdebatkan. Mereka merasa dengan adanya perbedaan itu mereka lebih banyak tahu kebudayaan yang ada walaupun memang mereka bernotabene sama yaitu Jawa. Walupun sesekali terjadi gesekan-gesekan dengan adanya perbedaan itu. Dalam kehidupan nyata, jika dari etnis Jawa Sunda menyelengarakan acara dengan adat mereka, mereka juga melibatkan etnis Jawa Tenggah untuk berpartisipasi. Dari situ mecerminkan bahwa komunikasi yang mereka jalani selama ini bisa berlangsung dengan baik walaupun memang sesekali ada konflik dan akhirnya bisa mereka akhiri dengan cara yang cukup arif.
Untuk mewujudkan komunikasi yang baik atau efektif dengan latar belakang budaya yang berbeda, tidaklah sesulit yang kita bayangkan. Akan tetapi juga tidak semudah angapan banyak orang. Karena memang masing-masing hal memiliki tingkat kesulitan dak memiliki titik kemudahan yang berbeda. Tidaklah asing lagi jika dalam segala hal atau bidang akan ditemui kecocokan dan ketidakcocokan. Dalam berkomunikasi banyak hal yang harus diperhatikan dan banyak juga kemungkinan terjadinya kesalah pahaman disana. Karakter masing-masing individu mewarnai komunikasi yang dijalin oleh manusia itu sendiri. Karakter yang keras harus bisa menyesuaikan dengan orang lain yang berkarakter lemah lembut. Orang yang memiliki karakter lemah lembut juga harus bisa memahami dan mengerti mereka yang berkarakter keras.
Begitu pulalah komunikasi yang berlangsung disana. Mereka yang berasal dari suku Jawa Tenggah yang dengan intonasi bicara yang lembut akan tetapi bisa juga dengan nada kasar jika dalam hal-hal tertentu, bisa menyesuaikan dengan mereka dari etnis Sunda yang mayoritas berlogat sangat lembut. Ada hambatan yang mereka jumpai jika dari etnis Jawa Kebumen bertemu dengan etnis Sunda. Mengapa demikian? Karena orang dari etnsi Jawa Kebumen mereka terbiasa dengan nada bicara tinggi dan melengking agak susah untuk bisa beradaptasi dengan etnis Sunda. Apabila mereka berkomunikasi ada hal-hal kecil yang mencuat yang akan membuat suasana sedikit keruh.
Dari sinilah tercermin bahwa karakteristik masing-masing budaya mempengaruhi proses berlangsungnya interaksi atau komunikasi. Karakter masing-masing budaya yang berbeda yang akan hidup berdampingan akan memberikan out put yang berbeda pula. Ketika komunikasi antar budaya berlangsung, persepsi masing-masing individu yang memiliki berbeda pemikiran, menimbulkan respon balik yang beragam. Ketika satu orang memberi stimulus atau informasi, belum tentu semua orang bisa memahami maksudnya yang ingin disampaikannya sama dengan apa yang ia pikirkan.
Ada stimulus yang disampaikan dengan hal-hal yang unik yaitu dengan bahasa-bahasa nonverbal, hal ini bisa disampaikan dengan adanya reaksi yang nampak dari mimik wajah seseorang yang sedang berkomunikasi dengan lawan bicaranya. Jika seseorang berbicara walaupun dengan nada bercanda, akan tetapi kita bisa mlihat apa yang ingin ia sampaikan apah haanya senda gurau semata taukah serius, kita bisa mengetahuinya dengan ekspresi wajah yang ditampilkannya. Kadang bahasa nonverbal sesorang adalah hal yang sebenarnya ingin disampaikannya. Karena seseorang bisa saja mereka yansa pembicaraan, akan tetapi ia tidak akan bisa mereka yasa bahasa tubuhnya. Bahasa tubuh atau (body language) itu bisa timbul dengan sedirinya jika seseorang itu merasakan ada hal yang nyaman (akan timbul ekspresi wajah senag) dan hal-hal yang tidak nyaman (dengan ekspresi wajah kecewa atau sedih).
Dalam berkomunikasi banyak hal yang mungkin kita angap remeh,akan tetapi sebenarnya hal-hal yang mungkin kita angap sepele akan mengakibatkan hal yang mungkin tidak kita sangka. Seperti halnya ketika orang dari suku Jawa di daerah Satai khususnya yang relatif masih muda, ketika mereka berdialong dengan mereka yang lebih tua (senior), banyak diantara mereka tidak bisa mengunakan bahasa yang selayaknya mereka gunakan ketika berbicara dengan para senior. Karena latar belakang budaya yang berbeda mereka, dan walaupun mereka mengetahui bahasa dari suku yang lain, akan tetapi mereka tidak mengetahui bahasa yang lazim atau selayak digunakan. Maka ketika mereka berdialong, kesanya mereka meremehkan senior, sehingga kadang hal tersebut mengundang datangnya konflik antar personal.
Karena kurangnya pemahaman mereka terhadap bahasa dan budaya diantara suku yang berbeda, tidak heranlah jika riak-riak dalam berinteraksi sesekali akan timbul. Berdasarkan banyak pengalaman yang sering mereka temukan adanya selisih faham diantara mereka adalah karena generasi muda saat ini banyak tidak mengenal budaya, bahasa, dan kebiasaan dari etnis mereka maupun etnis yang berbeda.
Dari satu generasi ke generasi yang lain, pemahaman generasi penerus akan budaya mereka semakin berkurang. Hal ini terjadi karena banyaknya pergeseran dan juga gesekan-gesekan dari budaya luar yang saat ini relatif kurang penyaringnya (filter). Jika dari setiap generasi mengetahui akan hal-hal yang seharusnaya mereka ketahui, atau jika mereka mengetahui urgensitas dari pengetahuan akan budaya sendiri, maka konflik sedikit demi sedikit akan bisa dihindari. Mengapa demikian?
Karena seperti yang telah diungkapkan diatas, seringnya konflik timbul, diakibatkan kurangnya pemahaman terhadap budaya. Bagi seluruh masyarakat rumpun Jawa, menyadari bahwasanya sesungguhnya mereka memang beragam. Hingga banyak hal yang harus diketahui dari semua perbedaan yang ada.

Tidak ada komentar: